Kamis, 09 Juli 2015

Berziarah di Hazrat Masumah Iran





QOM salah satu kota besar di Iran, setelah Teheran, Isfahan dan Mashad. Qom memiliki banyak julukan, antara lain ’’Kota Pelajar’’ karena menjadi pusat pendidikan. Julukan lainnya ’’Kota Sejuta Ulama’’, karena menjadi pusat pendidikan agama, banyak ulama besar dihasilkan dari institusi-institusi pendidikan di kota ini. Sekaligus menjadi ibu kota dari provinsi yang juga bernama Qom.

Oleh Tiara Sarita

Iklimnya kering, karena letaknya berada di tengah gurun pasir. Udara panas langsung menerpa kulit, begitu keluar dari bus ber-AC yang  membawa saya dari Kota Teheran ke Qom. Bulan Juni, dan Juli, Iran  memang sedang dalam puncak musim panasnya. Dari display digital petunjuk suhu udara di dalam bis yang saya tumpangi tadi, terlihat angka 39 derajat Celcius. Kota ini juga salah satu kota tua di Iran yang memiliki sejarah  panjang.

Ada dua versi cerita sejarah, pertama menyebutkan, sudah ada sebelum masuknya Islam, dengan penduduk orang-orang asli Persia penyembah api, atau kaum Zoroaster. Versi kedua menyebutkan, Qom berkembang setelah era masuknya Islam ke kota itu yang dibawa oleh orang-orang Arab muslim, dan membangun benteng di sana dengan nama yang berlafal ”Qum”. Pada masa invasi Rusia ke Iran, ibukota Iran, Teheran pernah akan dipindahkan ke Qom.

Sebagai kota pusat pendidikan agama, siswa datang dari berbagai penjuru dunia. Selain itu, juga menjadi salah satu kota ziarah, karena menyimpan kisah tentang seorang perempuan keturunan Nabi Muhammad yang dimakamkan di kota itu. 


Hazrat Ma'sumah
Hazrat Masumah (atau Hazrat Maksumah) tak pernah sepi dan selalu ramai pengunjung sepanjang tahun. Mereka datang dari  berbagai penjuru dunia untuk berziarah, atau sekadar menikmati dan mengagumi pesona arsitektur khas Iran pada bangunan Hazrat Masumah. Bagi perempuan yang berkunjung ke kompleks tersebut diwajibkan mengenakan cadar, semacam pakaian longgar khas Iran yang menutup seluruh badan, kecuali muka. Bagi yang tidak membawa cadar, bisa meminjamnya di bagian pintu masuk. Hazrat Masumah berada di dalam sebuah kompleks bangunan masjid yang luas dan megah dengan pintu-pintu gerbang yang tinggi.

Begitu sampai di depan Hazrat Masumah, terlihat sebuah bangunan seperti istana dengan kubah besar yang diapit dua menara menjulang seolah menembus langit. Dari luar, bangunan itu nampak berkilau-kilau diterpa cahaya matahari, karena sebagian besar dinding di pintu masuknya dilapisi mozaik kaca.

Persis di depan bangunan, terbentang halaman luas dengan kolam besar berbentuk kelopak bunga lengkap dengan air mancurnya. Hazrat Masumah adalah makam Fatimah Masumah, sosok muslimah yang dikenal karena kesalehannya. Kisah hidup Fatimah Masumah, atau sering disebut Bibi Masumah, bukan hanya melekat di hati masyarakat Iran, tapi juga di hati banyak muslim, sehingga makam Bibi Masumah ini tak pernah sepi dari para peziarah.

Menurut kisahnya, Fatimah melakukan perjalanan jauh dari kota Madinah, untuk bertemu sang kakak yang sedang menunaikan tugas dakwahnya di wilayah Khurasan. Kakak Fatimah adalah cucu Nabi Muhammad Saw, yang dikenal sebagai Imam Ali Reza (Imam Ali bin Musa ar Ridho as). Makam Imam Ali Reza sendiri berada di kota Mashad. Dalam perjalanan jauhnya demi melepas rindu pada sang kakak, Bibi Masumah menderita sakit sehingga harus menetap di kota Qom. Keinginan Bibi Masumah bertemu sang kakak yang dirindukannya tak pernah kesampaian, karena akhirnya ia wafat dan dimakamkan di Qom. Kisah Bibi Masumah bukan hanya menjadi simbol kasih sayang seorang adik pada kakaknya, tapi juga simbol kesalehan seorang muslimah dalam beribadah.

Tak Pernah Sepi
Memasuki bagian dalam Hazrat Masumah, sejenak kita akan terpukau dengan interiornya yang menawan. Dinding dan pilar bangunan yang tinggi, dihiasi keramik dengan ornamen khas berbentuk bunga-bunga, perpaduan warna biru dan kekuningan. Di bagian langit-langit, terlihat kubah yang dihias ornamen mozaik kaca yang menyebarkan warna putih dan hijau berkilauan. Tepat di bawah kubah itulah terdapat makam Fatimah Masumah.

Saya melihat para pengunjung berdesak-desakan untuk mencapai bagian terdepan makam yang dipagari kaca serta kisi-kisi yang terbuat dari besi. Melihat itu saya teringat saat bekunjung ke Raudah, di Masjid Nabawi Madinah. Situasinya nyaris mirip. Harus berjuang di antara jemaah yang berjejal agar bisa sampai sedekat mungkin dengan Raudah.

Saya yang penasaran ingin melihat seperti apa makam di balik pagar besi itu, ikut berdesak-desakan. Beruntung Zahra, perempuan Iran bertubuh tinggi yang mendampingi saya, membantu dengan mendorong tubuh saya ke depan.

Akhirnya saya tepat berada di depan makam, dan mengintip ke dalam. Sebuah ruang berukuran kecil, di tengahnya terlihat semacam peti yang ditutupi kain berwarna hijau. Di sekeliling ruangan sempit itu, terlihat uang kertas dan bunga mawar bertebaran, yang dilemparkan oleh para pengunjung.

Selain berdoa para peziarah ada yang sampai menangis tersedu-sedu, sambil mengucapkan kata-kata yang saya tidak paham artinya, mungkin doa-doa yang diucapkannya dalam bahasa Persia. Makam ini paling banyak dikunjungi peziarah sepanjang tahun, setelah makam Imam Ali Reza di Mashad. Para peziarah datang dari berbagai negeri. Aturan di Hazrat Masumah sangat ketat. Perempuan-perempuan yang berjaga-jaga di sekitar makam, sudah siap melotot dan melarang begitu ada pengunjung yang mengeluarkan kamera untuk memotret.

Hazrat Masumah mengingatkan saya pada seorang perempuan Inggris yang masuk Islam setelah berkunjung ke makam ini. Namanya Lauren Booth, seorang jurnalis yang juga ipar mantan perdana menteri Inggris Tony Blair. Dari pengakuannya yang dipublikasikan surat kabar Inggris Daily Mail, Booth mengaku memutuskan masuk Islam ketika ia mendapatkan "pengalaman spiritual" setelah berkunjung ke Iran, terutama Hazrat Masumah.

Buat pengunjung yang kehausan karena lelah mengitari kompleks Hazrat Masumah ini, tak perlu khawatir, karena tersedia air keran yang bisa langsung diminum dan gelas plastik di sampingnya. Airnya terasa dingin dan segar membasahi kerongkongan yang kering karena cuaca panas hari itu.

Masjid Aízam
Puas berkeliling dan mengagumi keindahan bangunan Hazrat Masumah, saya menyeberangi halaman luas dan melewati pintu gerbang lainnya untuk masuk ke dalam sebuah masjid yang bangunannya sebenarnya menyambung dengan kompleks Hazrat Masumah. Namanya Masjid Aízam yang artinya "agung". Masjid ini tak kalah megah dan luasnya, dibangun pada tahun 1954. Masjid Aízam dilengkapi menara dan kubah yang dihiasi mozaik keramik dengan motif khas Iran, dengan dominasi warna biru dan kekuningan.

Meski suhu udara di luar begitu panas, suasana di dalam terasa sejuk karena sistem pendingin yang baik. Untuk ukuran masjid Iran, bagian dalam Masjid Aízam sederhana saja, tidak ada ornamen yang menonjol. Saya cuma melihat sebuah kolam air berbentuk memanjang dengan keran-keran air di pinggirnya. Sungguh sebuah pengalaman unik, bisa berkunjung ke kompleks Hazrat Masumah dan Masjid Aízam ini. Melihat bagaimana para peziarah menguntai doa-doa sekaligus menikmati seni arsitektur Islami negeri Persia yang terkenal berkualitas tinggi itu.

Akses berjarak sekitar 150 kilometer dari ibukota Iran, Teheran. Akses menuju kota Qom sangat mudah karena kota ini merupakan salah satu kota terbesar dan terpenting. Untuk mencapai dari Teheran, biasanya menggunakan bis besar. Lama perjalanan dari Teheran ke Qom dengan menggunakan bis sekitar 4 jam, melalui jalan raya bebas hambatan yang lebar dan mulus.

Di sepanjang jalan menuju kota Qom, pemandangan yang terlihat hanya bukit-bukit berwarna kelabu di kejauhan, dan bentangan padang pasir yang luas berwarna keabuan yang kering dan gersang. Dalam perjalanan, bis akan melewati Danau Garam, yang dari kejauhan nampak sebagai hamparan warna putih berkilauan ditimpa cahaya matahari. Selain itu, kita juga akan melewati kawasan pusat industri di Iran. (Sumber: Suara Merdeka, 29 Juni 2014). 

(Foto: Lauren Booth)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar