Selasa, 27 Januari 2015

Zulkarnain



“Bisa jadi –alias ada kemungkinan, kata-kata Arab Suku Quraisy diambil dari nama raja Persia Koresh yang memang “the Great”, ”Agung”, “Magnus” dalam arti sebenarnya yang dekat dengan wilayah Arab”

Cyrus II of Persia (600 BC atau 576-530 SM) alias Zulkarnain umumnya dikenal sebagai Cyrus The Great (Koresh dalam bahasa Ibrani), adalah pendiri Kekaisaran Persia dan dinasti Achaemenid. Para sejarahwan menyatakan bahwa dia adalah Raja Dzulqarnain yang tercantum dalam al Qur’an. Karirnya dimulai sebagai pejabat rendahan di wilayah bagian barat daya Iran, lalu mendapat banyak kemenangan lewat pertempuran dan menyatukan tiga kerajaan besar terdahulu yaitu Median, Lydian dan Neo-Babilonia. Di bawah pemerintahannya, kekaisaran Persia menguasai berbagai kerajaan kuno sebelumnya yang terbentang mulai dari Timur Dekat, diperluas hingga akhirnya menaklukkan sebagian besar Asia Barat Daya dan sebagian besar Asia Tengah, sebagian dari Eropa dan Kaukasus. Kekaisaran ini diperluas ke Turki, Israel, Georgia dan Arabia. Di arah barat, ke Kazakhstan, Kirgistan, Sungai Indus (Pakistan) dan Oman di timur. Dari laut Mediterania dan Hellespont di barat sampai Sungai Indus di timur.

Zulkarnain atau Cyrus Agung menciptakan kekaisaran terbesar di dunia pada masanya dan ratusan tahun sesudahnya. Ia menghormati adat istiadat dan agama dari wilayah yang dia taklukan. Para sejarahwan menyebutkan bahwa dalam sejarah dunia, kerajaan Persia yang didirikan oleh Cyrus atau Zulkarnain ini merupakan model yang sangat sukses untuk sistem administrasi terpusat serta pemerintahan yang bekerja dengan partisipasi rakyatnya. Tak hanya itu saja, Zulkarnain atau Cyrus Agung juga diakui prestasinya dalam kepeloporannya sebagai pencetus dan pendiri Hak Asasi Manusia, politik, dan strategi militer, ribuan tahun sebelum Eropa menemukan khazanah Zulkarnain dan lalu menjadikannya sebagai bahan utama kajian mereka. Dengan demikian, pengaruh Zulkarnain pada peradaban Timur dan Barat merupakan warisan humanisme dan peradaban yang besar, selain tentu saja, berpengaruh luas di dunia kuno, bahkan Athena maupun China kuno banyak mengadopsi aspek-aspek budayanya dalam pertukaran budaya mereka.

Sejumlah Wilayah Taklukan
Median Empire (Madyan) (Zona Perang : Revolusi Persia, Pertempuran Hyrba, Pertempuran Perbatasan Persia, dan Pertempuran Pasargadae)

Meskipun ayahnya meninggal pada 551 SM, Cyrus Agung telah berhasil naik takhta di 559 SM, namun, Cyrus belum menjadi penguasa independen. Seperti pendahulunya, Cyrus harus mengakui penguasa kolonialnya yaitu Median. Di sini, menurut sejarahwan Herodotus, Cyrus bersama Harpagus yang adalah sahabat sekaligus penasihatnya, menggerakkan rakyat Persia untuk memberontak melawan tuan-tuan feodal mereka, orang Median. Ada kemungkinan bahwa baik Harpagus maupun Cyrus memberontak karena ketidakpuasan mereka dengan kebijakan Astyages, raja Median yang lalim. Awal pemberontakan itu terjadi di musim panas 553 SM, Harpagus dan Cyrus, memimpin tentara melawan orang Madai hingga penaklukan Ecbatana pada tahun 549 SM, yang secara efektif meruntuhkan Kekaisaran Median.

Setelah Zulkarnain atau Cyrus Agung menerima mahkota Median 546 SM, ia secara resmi diberi gelar “Raja Persia” sebagai pengganti Astyages. Semua pengikut Astyages (termasuk banyak kerabat Cyrus) sekarang di bawah komandonya. Pamannya Arsames, yang sebelumnya menjadi raja negara-kota Madai Parsa juga harus menyerahkan tahtanya. Pengalihan kekuasaan ini tampaknya terjadi secara damai, dan Arsames masih tetap menjadi gubernur.

Lydian Empire dan Asia Minor (Zona Perang : Pertempuran Pteria, Pertempuran Thymbra, dan Pengepungan dari Sardis (547 SM)

Tanggal yang tepat dari penaklukan Lydian tidak diketahui, tetapi terjadi antara penggulingan kerajaan Median (550 SM) dan penaklukkan Babilonia (539 SM). Lydian pertama kali menyerang kota-kota Kekaisaran Persia yang waktu itu baru memulihkan diri pasca peperangan Median, melalui Pteria di Kapadokia. Raja Croesus dari Lydian mengepung dan merebut berbagai kota lalu memperbudak penduduknya. Sementara itu, Persia mengundang warga Ionia yang merupakan bagian dari kerajaan Lydia untuk memberontak terhadap penguasa mereka. Tawaran itu ditolak, akhirnya Cyrus-Zulkarnain menggerakkan tentaranya menuju Lydian. Pertempuran Pteria secara efektif menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak menderita kerugian berat. Namun Croesus berhasil dipukul mundur ke Sardis.

Sementara di Sardis, Croesus mengirim permintaan pada para sekutunya untuk mengirimkan bantuan kepada Lydia. Sayangnya, menjelang akhir musim dingin, sebelum bisa menyatukan sekutu, Cyrus Agung atau Zulkarnain ini mendobrak ke wilayahnya dan Croesus terkepung di ibukotanya, Sardis. Sesaat sebelum Pertempuran akhir di Thymbra antara dua penguasa, Harpagus sang penasihat menyarankan Cyrus Agung untuk memposisikan unta-unta Arab di garis depan pasukannya. Kuda-kuda Lydian yang tidak tahan dengan bau unta-unta itu akan sangat takut. Strategi ini ternyata efektif hingga kavaleri Lydia tercerai-berai dan mengalami kekalahan telak di tangan pasukan Zulkarnain (Cyrus Agung). Cyrus menangkap Croesus dan menduduki ibukota Sardis. Kerajaan Lydia takluk di 546 SM.

Sebelum kembali ke ibukota, seorang Lydian bernama Pactyas dipercayakan oleh Cyrus Agung untuk mengirim harta rampasan perang ke Persia. Namun, segera setelah keberangkatan Cyrus, Pactyas menyewa tentara bayaran dan menyebabkan pemberontakan di Sardis terhadap Gubernur Persia-Lydia yang bernama Tabalus. Cyrus kemudian mengirim Mazares, salah seorang komandan, untuk memadamkan pemberontakan dengan perintah menangkap Pactyas hidup-hidup. Setibanya Mazares di Sardis, Pactyas melarikan diri ke Ionia, tempat ia menyewa tentara bayaran. Komandan Mazares lalu mengerahkan pasukannya ke negara Yunani dan menaklukkan kota-kota Magnesia dan Priene. Akhir hidup Pactyas tidak diketahui, tapi ia kemungkinan tertangkap Cyrus dan dihukum mati.

Mazares melanjutkan penaklukan Asia Minor tapi meninggal karena penyebab yang tidak diketahui selama pengerahan pasukan di Ionia. Cyrus mengirim Harpagus, untuk menyelesaikan penaklukan Mazares di Asia Kecil. Harpagus menaklukkan Lycia, Sisilia dan Phoenicia, menggunakan strategi “Building Earthworks” untuk mengepung dan menembus benteng kota, sebuah metode perang yang masa itu tidak diketahui oleh orang Yunani. Ia mengakhiri penaklukan pada 542 SM dan kembali ke Persia.

Neo-Babilonia Empire (Zona Perang: Pertempuran Opis)

Tahun 540 SM, Cyrus menaklukkan Elam (Susiana) dan ibukotanya, Susa. Konflik dimulai pada musim dingin 540 SM, awal Oktober. Cyrus sang Zulkarnain berjuang dalam pertempuran di Opis, kota strategis di dekat sungai Tigris, sebelah utara Babilon. Tentara Babel itu ditaklukkan pada 10 Oktober. Berikutnya Kota Sippar takluk tanpa pertempuran. Ini kemungkinan adalah berkat negosiasi Cyrus dengan para jenderal Babel untuk mendapatkan kompromi demi menghindari konfrontasi bersenjata. Nabonidus, Raja Babilon yang tinggal di kota Sippar pada waktu itu segera melarikan diri ke ibukota Babel, yang tidak dikunjunginya selama bertahun-tahun.

Dua hari kemudian, pada 7 Oktober (kalender Gregorian), Gubaru, salah seorang jenderal Babilon yang memihak Cyrus mengerahkan pasukan masuk ke ibukota Babel, lagi-lagi tanpa ada perlawanan dari tentara Babel. Herodotus menjelaskan bahwa Persia, memanfaatkan kanal yang dibangun oleh Nitokris, Ratu Babilon sebelumnya untuk melindungi Babel terhadap serangan Median, dialihkan ke sungai Efrat sehingga air turun “setinggi paha pria”. Hal ini memungkinkan pasukan invasi untuk berbaris langsung melalui sungai, menembus benteng kota Babel di malam hari. Pada tanggal 29 Oktober, Cyrus sendiri masuk kota Babel dan menahan Nabonidus. Sebelum invasi Cyrus ke Babel, Kekaisaran Babilonia telah menaklukkan banyak kerajaan. Setelah mengambil alih Babel, Cyrus Agung menyatakan dirinya “Raja Babilon, Raja Sumeria dan Akkad, Raja dari empat penjuru dunia”. Pada akhir pemerintahan Cyrus, Kekaisaran Persia Dinasti Achaemenid membentang dari Asia Kecil di barat ke daerah barat laut India di timur. Sebuah masa paling gemilang dalam sejarah Bangsa Persia, masa sebuah bangsa di bawah pemimpin agung: penakluk, ahli strategi, humanis, seorang raja yang berpaham monotheis, yang dalam al Qur’an disebut Zulkarnain.

Siapakah Cyrus Zulkarnain?

Sampai saat ini mungkin sebagian besar dari kita masih belum secara pasti mengetahui siapa Dzulqarnain itu. Disebutkan bahwa Dzulqarnain di dalam Surah Al Kahfi adalah Raja Koresh (Kurush) atau juga dikenal dengan Cyrus II Raja Persia, hal tersebut berdasar pada alasan-alasan berikut ini:

[1] Kata Dzulqarnain yang berbentuk kiasan “mempunyai dua kekuasaan atau kerajaan” atau “dua tanduk” artinya seorang penguasa atau raja yang memiliki atau terbentuk dari 2 kerajaan. Dalam sejarah kita mengetahui bahwa Kerajaan Koresh (Persia) dibentuk dengan menyatukan 2 kerajaan sebelumnya yaitu kerajaan Media dan Anshan pada tahun 549 SM.

[2] Dalam Kitab Daniel pada Perjanjian Lama disebutkan perumpamaan “Domba” bertanduk 2 yang menanduk ke barat dan timur. Nabi Daniel dengan jelas menyebutkan itu adalah raja Persia yang terbentuk dari Media dan Anshan.

“Vision” dari Nabi Daniel tentang biri-biri jantan bertanduk dua, yang sebelah tanduknya lebih tinggi yang datang belakangan, mengisyaratkan tanduk yang lebih rendah yaitu Media dan tanduk yang lebih tinggi yaitu Parsi yang belakangan menjadi Imperium Parsi. Dalam sejarah tokoh yang mendirikan Kerajaan Media dan Parsi yang kemudian menjadi Imperium Parsi tersebut adalah Cyrus the Great (600 – 529) SM, mendirikan Imprium Parsi (550) SM, dan memerintah (550 – 529) SM. Jadi “Vision” dari Nabi Daniel itu mengisyaratkan bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus the Great

[3] Dzulqarnain adalah orang beriman pada Allah, tidak mungkin menyembah Dewa-dewa seperti halnya Alexander (Iskandar), menurut buku yang pernah kami baca memang Koresh adalah seorang raja Muslim yang mengikuti agama Tauhid (Monotheis) yang dibawa oleh seorang nabi Persia Zaratushtra yang sekarang agamanya menyimpang disebut dengan Zoroaster.

Cyrus the Great penganut yang taat dari agama Zarathustra. Di sekolah-sekolah diajarkan bahwa agama Zarathustra menyembah Dua Tuhan, yaitu Tuhan Terang Ahura Mazda (Ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Namun dewasa ini ada aliran agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: “Kembali ke Gatha”, mereka ini berkeyakinan Zarathustra tidak mengajarkan dua tuhan, melainkan Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah menciptakan Iblis (Lucifer) dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam. Ini mengisyaratkan bahwa Cyrus the Great bukanlah penyembah berhala atau dewa-dewa, melainkan beragama Tauhid (Monotheis), sehingga itulah sebabnya maka pada (538) SM Bani Israil semuanya dikembalikan ke Yerusalem oleh Cyrus the Great. Gatha telah dibakar habis tatkala Alexander the Great menduduki Persepolis, sehingga Gatha hanya berupa rekaman ingatan dari para pendeta agama Zarathustra. Alexander memperoleh gelar dari para pendeta agama Zarathustra, yaitu “yang terkutuk”.

Alexander dari Macedonia adalah orang yang mengakhiri pemerintahan Dinasty Persia Monotheis – Kerajaan Persia yang ada di masa lahirnya Islam adalah peninggalan dari pecahan kerajaan Alexander The Great (Seleucid) yang mengadopsi kepercayaan Polytheisme Yunani kuno. Berkaitan dengan kisah Ya`juj dan Ma`juj (Gog and Magog), Dzulqarnain disebutkan menyerbu ke barat tempat matahari terbenam. Dalam sejarah diketahui memang raja Koresh menyerbu ke barat tepatnya kerajaan Lydia di Turki paling barat sekarang di mana sang raja (Croesus) diampuni dan tidak dibunuhnya! Ini terjadi pada tahun 547-546 SM. Kemudian disebutkan menyerbu ke timur yaitu tempat matahari terbit. Dalam sejarah dengan mudah diketahui bahwa yang dimaksud adalah bangsa India! Yang memang ia taklukkan pada 546-545 SM.

Kemudian disebutkan ke wilayah di antara gunung-gunung di mana terdapat bangsa pengacau Ya`juj wa Ma`juj. Dalam sejarah yang kami ketahui memang raja Koresh menyerbu wilayah Armenia di kaki pegunungan Kaukasus pada 537 SM (setelah penaklukan Babylonia pada 539 SM). Kita mengetahui bahwa ia membangun tembok dari campuran besi dan tembaga yang diperkirakan berada dekat kota Derbent sekarang, ternyata bahwa Alexander the Great tidak pernah menguasai pegunungan Kaukasus!! Encyclopedia Columbia edisi ke-6, mencatat bahwa Derbent ditemukan pada tahun 438 oleh bangsa Persia sebagai pertahanan yang strategis di Pintu Besi. Benteng tersebut masih ada clan diberi nama Tembok Kaukasia (Caucasian Wall) juga disebut Tembok Alexander. Dibangun oleh bangsa Persia (yang menemukannya) pada abad ke-6, untuk menahan serangan pendatang-pendatang dari daerah Utara.

[4] Kita juga mengetahui bahwa Koresh dengan baik hati mempersilahkan bangsa Yahudi kembali ke tanah Palestina setelah terusir oleh bangsa Babil Khaldea sejak 586 SM, bahwa jarang sekali ada raja sebaik ini dalam sejarah. Hal ini menunjukkan tingkat keimanannya.

Cyrus II inilah yg membebaskan orang-orang Yahudi yang diasingkan di Babylonia sejak invasi Nebuchadnezar dan mengembalikan orang-orang Yahudi ke Yerusalem untuk membangun Bait Suci ( Bet El Makdesh ) yang kedua kalinya. Pada masa pemerintahan Cyrus II inilah terjadi gelombang pertama kepulangan orangorang Yahudi dari Babylonia. Cyrus II terkenal karena pemerintahannya yang adil terhadap semua bangsa taklukannya. Cyrus II meneruskan tradisi sejak raja-raja Babylonia yaitu membiarkan wilayah-wilayah taklukannya diperintah oleh orang lokal dan di lain pihak mereka merekrut orang-orang pilihan dari setiap wilayah taklukannya untuk menjadi pajabat di Istana Raja. Cyrus II juga dikenal dgn gelar ” Cyrus The Great “

[5] Kembali pada kronologis penaklukannya dalam surah Al Kahfi, disebutkan ke barat, timur dan ke pegunungan, dimana hal ini telah dilakukan Koresh. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh Alexander the Great yang asalnya dari barat!

[6] Alexander sesungguhnya tidak sehebat itu, bukankah karena yang berkuasa didunia ini adalah orang-orang Eropa (barat) yang dengan subyektif menetapkan orang Eropa sebagai yang paling hebat. Sebenarnya yang berhak disebut the Great adalah raja Koresh karena ia dengan susah payah menaklukkan wilayah luas dari Turki (bahkan penerusnya Darius I sampai ke Eropa) di barat sampai ke India di timur. Alexander the Great tinggal menerima enaknya saja dengan mengalahkan satu raja Persia (Darius III) pada 330 SM maka ia menguasai semua provinsi milik Persia!!! (wilayah Mesir telah ditaklukkan Persia tahun 525 SM, Baylon (‘Iraq) pada 539 SM!!)

[7] Seperti diketahui fokus lokasi para nabi adalah sekitar timur tengah. Adalah logis menetapkan Dzulqarnain sebagai orang Persia yang dekat jazirah Arab daripada negeri Makedonia nya Alexander the Great di Eropa!!

[8] Bisa jadi kata-kata Arab suku Quraisy diambil dari nama raja Persia Koresh yang memang “the Great”, ”Agung”, “Magnus” dalam arti sebenarnya yang dekat dengan wilayah Arab. Bukankah nama aslinya Fihr bergelar “Quraisy”. Sebagai penganut monotheisme, tidak ada lambang/patung atau gambaran berhala/dewa-dewa dalam makamnya yang polos dan sederhana –untuk ukuran seorang raja besar dalam sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar