QOM salah satu kota
besar di Iran, setelah Teheran, Isfahan dan Mashad. Qom memiliki banyak
julukan, antara lain ’’Kota Pelajar’’ karena menjadi pusat pendidikan. Julukan
lainnya ’’Kota Sejuta Ulama’’, karena menjadi pusat pendidikan agama, banyak
ulama besar dihasilkan dari institusi-institusi pendidikan di kota ini.
Sekaligus menjadi ibu kota dari provinsi yang juga bernama Qom.
Oleh Tiara Sarita
Iklimnya kering, karena
letaknya berada di tengah gurun pasir. Udara panas langsung menerpa kulit,
begitu keluar dari bus ber-AC yang membawa saya dari Kota Teheran ke Qom.
Bulan Juni, dan Juli, Iran memang sedang dalam puncak musim panasnya.
Dari display digital petunjuk suhu udara di dalam bis yang saya tumpangi tadi,
terlihat angka 39 derajat Celcius. Kota ini juga salah satu kota tua di Iran
yang memiliki sejarah panjang.
Ada dua versi cerita
sejarah, pertama menyebutkan, sudah ada sebelum masuknya Islam, dengan penduduk
orang-orang asli Persia penyembah api, atau kaum Zoroaster. Versi kedua
menyebutkan, Qom berkembang setelah era masuknya Islam ke kota itu yang dibawa
oleh orang-orang Arab muslim, dan membangun benteng di sana dengan nama yang
berlafal ”Qum”. Pada masa invasi Rusia ke Iran, ibukota Iran, Teheran pernah
akan dipindahkan ke Qom.
Sebagai kota pusat
pendidikan agama, siswa datang dari berbagai penjuru dunia. Selain itu, juga
menjadi salah satu kota ziarah, karena menyimpan kisah tentang seorang
perempuan keturunan Nabi Muhammad yang dimakamkan di kota itu.
Hazrat Ma'sumah
Hazrat Masumah (atau
Hazrat Maksumah) tak pernah sepi dan selalu ramai pengunjung sepanjang
tahun. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia untuk berziarah, atau
sekadar menikmati dan mengagumi pesona arsitektur khas Iran pada bangunan
Hazrat Masumah. Bagi perempuan yang berkunjung ke kompleks tersebut diwajibkan
mengenakan cadar, semacam pakaian longgar khas Iran yang menutup seluruh badan,
kecuali muka. Bagi yang tidak membawa cadar, bisa meminjamnya di bagian pintu
masuk. Hazrat Masumah berada di dalam sebuah kompleks bangunan masjid yang luas
dan megah dengan pintu-pintu gerbang yang tinggi.
Begitu sampai di depan
Hazrat Masumah, terlihat sebuah bangunan seperti istana dengan kubah besar yang
diapit dua menara menjulang seolah menembus langit. Dari luar, bangunan itu
nampak berkilau-kilau diterpa cahaya matahari, karena sebagian besar dinding di
pintu masuknya dilapisi mozaik kaca.
Persis di depan bangunan,
terbentang halaman luas dengan kolam besar berbentuk kelopak bunga lengkap
dengan air mancurnya. Hazrat Masumah adalah makam Fatimah Masumah, sosok
muslimah yang dikenal karena kesalehannya. Kisah hidup Fatimah Masumah, atau
sering disebut Bibi Masumah, bukan hanya melekat di hati masyarakat Iran, tapi
juga di hati banyak muslim, sehingga makam Bibi Masumah ini tak pernah sepi
dari para peziarah.
Menurut kisahnya, Fatimah
melakukan perjalanan jauh dari kota Madinah, untuk bertemu sang kakak yang
sedang menunaikan tugas dakwahnya di wilayah Khurasan. Kakak Fatimah adalah
cucu Nabi Muhammad Saw, yang dikenal sebagai Imam Ali Reza (Imam Ali bin Musa
ar Ridho as). Makam Imam Ali Reza sendiri berada di kota Mashad. Dalam
perjalanan jauhnya demi melepas rindu pada sang kakak, Bibi Masumah menderita
sakit sehingga harus menetap di kota Qom. Keinginan Bibi Masumah bertemu sang
kakak yang dirindukannya tak pernah kesampaian, karena akhirnya ia wafat dan
dimakamkan di Qom. Kisah Bibi Masumah bukan hanya menjadi simbol kasih sayang
seorang adik pada kakaknya, tapi juga simbol kesalehan seorang muslimah dalam
beribadah.
Tak Pernah Sepi
Memasuki bagian dalam
Hazrat Masumah, sejenak kita akan terpukau dengan interiornya yang menawan.
Dinding dan pilar bangunan yang tinggi, dihiasi keramik dengan ornamen khas
berbentuk bunga-bunga, perpaduan warna biru dan kekuningan. Di bagian
langit-langit, terlihat kubah yang dihias ornamen mozaik kaca yang menyebarkan
warna putih dan hijau berkilauan. Tepat di bawah kubah itulah terdapat makam
Fatimah Masumah.
Saya melihat para
pengunjung berdesak-desakan untuk mencapai bagian terdepan makam yang dipagari
kaca serta kisi-kisi yang terbuat dari besi. Melihat itu saya teringat saat
bekunjung ke Raudah, di Masjid Nabawi Madinah. Situasinya nyaris mirip. Harus
berjuang di antara jemaah yang berjejal agar bisa sampai sedekat mungkin dengan
Raudah.
Saya yang penasaran ingin
melihat seperti apa makam di balik pagar besi itu, ikut berdesak-desakan.
Beruntung Zahra, perempuan Iran bertubuh tinggi yang mendampingi saya, membantu
dengan mendorong tubuh saya ke depan.
Akhirnya saya tepat berada
di depan makam, dan mengintip ke dalam. Sebuah ruang berukuran kecil, di
tengahnya terlihat semacam peti yang ditutupi kain berwarna hijau. Di
sekeliling ruangan sempit itu, terlihat uang kertas dan bunga mawar bertebaran,
yang dilemparkan oleh para pengunjung.
Selain berdoa para peziarah
ada yang sampai menangis tersedu-sedu, sambil mengucapkan kata-kata yang saya
tidak paham artinya, mungkin doa-doa yang diucapkannya dalam bahasa Persia.
Makam ini paling banyak dikunjungi peziarah sepanjang tahun, setelah makam Imam
Ali Reza di Mashad. Para peziarah datang dari berbagai negeri. Aturan di Hazrat
Masumah sangat ketat. Perempuan-perempuan yang berjaga-jaga di sekitar makam,
sudah siap melotot dan melarang begitu ada pengunjung yang mengeluarkan kamera
untuk memotret.
Hazrat
Masumah mengingatkan saya pada seorang perempuan Inggris yang masuk Islam
setelah berkunjung ke makam ini. Namanya Lauren Booth, seorang jurnalis yang
juga ipar mantan perdana menteri Inggris Tony Blair. Dari pengakuannya yang
dipublikasikan surat kabar Inggris Daily Mail, Booth mengaku memutuskan masuk
Islam ketika ia mendapatkan "pengalaman spiritual" setelah berkunjung
ke Iran, terutama Hazrat Masumah.
Buat pengunjung yang
kehausan karena lelah mengitari kompleks Hazrat Masumah ini, tak perlu
khawatir, karena tersedia air keran yang bisa langsung diminum dan gelas
plastik di sampingnya. Airnya terasa dingin dan segar membasahi kerongkongan
yang kering karena cuaca panas hari itu.
Masjid Aízam
Puas berkeliling dan
mengagumi keindahan bangunan Hazrat Masumah, saya menyeberangi halaman luas dan
melewati pintu gerbang lainnya untuk masuk ke dalam sebuah masjid yang
bangunannya sebenarnya menyambung dengan kompleks Hazrat Masumah. Namanya
Masjid Aízam yang artinya "agung". Masjid ini tak kalah megah dan luasnya,
dibangun pada tahun 1954. Masjid Aízam dilengkapi menara dan kubah yang dihiasi
mozaik keramik dengan motif khas Iran, dengan dominasi warna biru dan
kekuningan.
Meski suhu udara di luar
begitu panas, suasana di dalam terasa sejuk karena sistem pendingin yang baik.
Untuk ukuran masjid Iran, bagian dalam Masjid Aízam sederhana saja, tidak ada
ornamen yang menonjol. Saya cuma melihat sebuah kolam air berbentuk memanjang
dengan keran-keran air di pinggirnya. Sungguh sebuah pengalaman unik, bisa
berkunjung ke kompleks Hazrat Masumah dan Masjid Aízam ini. Melihat bagaimana
para peziarah menguntai doa-doa sekaligus menikmati seni arsitektur Islami
negeri Persia yang terkenal berkualitas tinggi itu.
Akses berjarak sekitar 150
kilometer dari ibukota Iran, Teheran. Akses menuju kota Qom sangat mudah karena
kota ini merupakan salah satu kota terbesar dan terpenting. Untuk mencapai dari
Teheran, biasanya menggunakan bis besar. Lama perjalanan dari Teheran ke Qom
dengan menggunakan bis sekitar 4 jam, melalui jalan raya bebas hambatan yang
lebar dan mulus.
(Foto: Lauren Booth)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar